25 Mei 2012

Mereka Yang Meninggal di Usia Muda (Bagian III)

Seorang filsuf Yunani, sebagaimana dikutip oleh Gie mengatakan "Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda."

Meninggal di usia muda, mungkin bagi beberapa orang berarti semakin sedikit waktu bersama dengan mereka yang kita sayangi atau semakin sedikit waktu kita untuk berbuat sesuatu bagi kehidupan yang lebih baik. Namun meninggal di usia muda membuat kita tidak banyak melakukan perbuatan yang tercela. Menurut hasil penelitian, usia seseorang dikatakan muda dalam arti umur produktif adalah umur 15 dan berakhir di usia 35 tahun. Berikut ini beberapa orang yang meninggal di usia muda (sambungan).


7. Robert Wolter Mongisidi (1925-1949)

Robert Wolter Mongisidi
Robert Wolter Mongisidi lahir pada 14 Februari 1925 di Malalayang, Manado, Sulawesi Utara. Ia adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia sekaligus pahlawan nasional Indonesia. Robert Wolter Mongisidi merupakan anak dari pasangan Petrus Monginsidi dan Lina Suawa. 

Dia memulai pendidikannya pada 1931 di sekolah dasar (bahasa Belanda: Hollands Inlandsche School (HIS)), yang diikuti sekolah menengah (bahasa Belanda: Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO)) di Frater Don Bosco di Manado. Monginsidi lalu dididik sebagai guru bahasa jepang pada sebuah sekolah di Tomohon. Setelah studinya, dia mengajar Bahasa Jepang di Liwutung, di Minahasa , dan di Luwuk, Sulawesi Tengah, sebelum ke Makassar, Sulawesi Selatan.

Monginsidi terlibat dalam perjuangan melawan Belanda di Makassar, dimana Belanda hendak merebut kembali kemerdekaan Indonesia melalui NICA (Netherlands Indies Civil Administration/Administrasi Sipil Hindia Belanda) setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan di Jakarta.

Pada tanggal 17 Juli 1946, Monginsidi dengan Ranggong Daeng Romo dan lainnya membentuk Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS), yang selanjutnya melecehkan dan menyerang posisi Belanda. Dia ditangkap oleh Belanda pada 28 Februari 1947, tetapi berhasil kabur pada 27 Oktober 1947. Belanda menangkapnya kembali dan kali ini Belanda menjatuhkan hukuman mati kepadanya. Monginsidi dieksekusi oleh tim penembak di Makasar, Sulawesi Selatan pada 5 September 1949. 

Robert Wolter Mongisidi meninggal pada usia 24 tahun. Jasadnya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Makassar pada 10 November 1950

Robert Wolter Monginsidi dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia pada 6 November, 1973. Dia juga mendapatkan penghargaan tertinggi Negara Indonesia, Bintang Mahaputra (Adipradana), pada 10 November 1973. Ayahnya, Petrus, yang berusia 80 tahun pada saat itu, menerima penghargaan tersebut.

Bandara Wolter Monginsidi di Kendari, Sulawesi Tenggara dinamakan sebagai penghargaan kepada Monginsidi, seperti kapal Angkatan Darat Indonesia, KRI Wolter Monginsidi.


8. Ignatius Slamet Rijadi (1927-1950)

Ignatius Slamet Rijadi
Pada suatu peristiwa saat akan diadakannya peralihan kekuasaan di Solo oleh Jepang yang dipimpin oleh Sutjokan (Walikota) Watanabe yang merencanakan untuk mengembalikan kekuasaan sipil kepada kedua kerajaan yang berkedudukan di Surakarta, yaitu Kasunanan dan Praja Mangkunagaran, akan tetapi rakyat tidak puas. Para pemuda telah bertekad untuk mengadakan perebutan senjata dari tangan Jepang, maka rakyat mengutus Muljadi Djojomartono dan dikawal oleh pemuda Suadi untuk melakukan perundingan di markas Kempeitai (polisi militer Jepang) yang dijaga ketat. Tetapi sebelum utusan tersebut tiba di markas, seorang pemuda sudah berhasil menerobos kedalam markas dengan meloncati tembok dan membongkar atap markas Kempeitai, tercenganglah pihak Jepang, pemuda itu bernama Slamet Rijadi.

Brigadir Jenderal TNI Anumerta Ignatius Slamet Rijadi (EYD: Riyadi) lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 26 Juli 1927. Ia anak dari Idris Prawiropralebdo, seorang perwira anggota legiun Kasunanan Surakarta. Ia sangat menonjol dalam kecakapan dan keberaniannya, terutama setelah Jepang bertekuk lutut dan kemerdekaan Indonesia diproklamasikan. Ia merupakan pencetus pasukan khusus TNI yang dikemudian hari dikenal dengan nama Kopassus.

Pada tahun 1940, ia menyelesaikan pendidikan di HIS, ke Mulo Afd. B dan kemudian dilanjutkan ke Pendidikan Sekolah Pelayaran Tinggi, dan memperoleh ijasah navigasi laut dengan peringkat pertama dan mengikuti kursus tambahan dengan menjadi navigator pada kapal kayu yang berlayar antar pulau Nusantara.

Slamet Riyadi merupakan pengantin baru, istrinya Ny. Soerachmi bagian kesehatan TNI-AD, baru saja dinikahi saat cuti operasi menumpas RMS. Sayangnya pada saat operasi tersebut ia meninggal akibat tembakan pasukan payung KNIL (salah satu pasukan RMS) di benteng Victoria, Ambon, pada saat merebutnya.

Ada 2 versi tertembaknya:
  1.  : Satu tembakan sniper selanjutnya Slamet Riyadi diseret ajudannya dan naik jip dilanjutkan sampan ke KRI yang menjadi klinik.
  2.  : Diberondong senapan mesin, selanjutnya 1 panser mengevakuasi ke sampan dan dibawa ke KRI yang menjadi klinik.
Saat sampai di KRI, Slamet Riyadi masih hidup tapi tidak sadar dan dalam kondisi kritis. Beliau meninggal pada  4 November 1950, di Ambon, Maluku (pada umur 23 tahun).


9. Pierre Andreas Tendean (1939-1965)

Pierre Andreas Tendean

Lettu. Pierre Andreas Tendean lahir di Jakarta, 21 Februari 1939. Ia adalah salah seorang korban pada peristiwa Gerakan 30 September dan merupakan pahlawan nasional Indonesia. Beliau adalah ajudan dari Jenderal Besar DR. Abdul Harris Nasution (Menko Hankam/Kepala Staf ABRI) pada era Soekarno

Abdul Harris Nasution lolos dari peristiwa penculikan tetapi anaknya, Ade Irma Suryani Nasution tewas tertembus peluru. Pierre Tendean sendiri ditangkap oleh segerombolan penculik dan dibunuh di Lubang Buaya. Ia diculik karena dikira adalah Jenderal Besar DR. A.H. Nasution. Lettu. Pierre Andreas Tendean meninggal di Jakarta, 1 Oktober 1965 (pada umur 26 tahun). Beliau dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.







4 komentar:

  1. pahlawan perkasa yang masih muda perlu di kenang jasa2nya..

    BalasHapus
  2. pahlawan perkasa yang masih muda perlu di kenang jasa2nya..

    BalasHapus
  3. 1 lagi yg paling muda adalah daan mogot neninggal usia 17thn, pendiri akademi militer tangerang..pahlawan ABG

    BalasHapus
  4. 1 lagi yg paling muda adalah daan mogot neninggal usia 17thn, pendiri akademi militer tangerang..pahlawan ABG

    BalasHapus