Judika Sihotang "Mahadewa" |
“Orang Batak itu begitu lahir
sudah bisa menyanyi”
Ungkapan itu sering terdengar.
Ya, masyarakat Sumatera Utara yang terdiri dari Suku Batak Toba, Batak Karo,
Batak Simalungun, Batak Mandailing, Batak Pak-Pak, dan lain-Lain seolah
diidentikkan dengan kebiasaan dan kepiawan dalam tarik suara.
Lihat saja kontes menyanyi di
Indonesia yang disiarkan melalui siaran televisi. biasanya ada perwakilan
putra daerah Sumatera Utara yang masuk kedalam babak final. Bukti lainnya, tak
terhitung musisi asal Sumatera Utara yang berkiprah dalam belantika musik
Indonesia, baik sebagai penyanyi, penulis lagu, maupun pemain musik.
Untuk composer, nama-nama seperti
Cornel Simanjuntak dan Nortir Simanungkalit adalah sejumlah tokoh besarnya.
Dalam musik pop, Berlian Hutauruk, Pandjaitan Bersaudara (Panbers), Vicky
Sianipar, Joy Tobing, Judika Sihotang “Mahadewa”, Sammy Simorangkir
“ex-Kerispatih”, Firman Siagian (Gian) “The Fly”, Donny Sibarani “Ada Band”, Petra
Sihombing, dan Bams “Samson” adalah beberapa nama yang cukup akrab di telinga
masyarakat.
Menyanyi, inilah yang menjadi
salah satu ciri masyarakat berbagai Suku Batak. Bahkan menyanyi dianggap
menjadi salah satu budaya. Sebagai contoh, masyarakat Batak Toba. Bila
bertandang dari Medan menuju Parapat atau Samosir, lagu-lagu dalam Bahasa Batak
setempat akan menemani perjalanan. Entah itu di rumah makan, angkutan umum,
ataupun tempat-tempat publik lannya.
Warna musiknya pun beragam. pop, jazz,
atau dangdut, memperkaya lagu-lagu berbahasa batak. Konon, masyarakat Batak,
terutama Batak Toba suka mendengarkan lagu karena dilatar belakangi oleh faktor
geografis. Jarak antar desa dan antar rumah yang terbilang jauh terkadang
membuat warganya merasa kesepian. Sebagai pelipur lara, dinyayikanlah lagu.
Kebanyakan bertema keluarga, percintaan, lingkungan, atau ungkapan syukur
kepada Yang Mahakuasa.
Namun, jika melirik faktor
historis, ada beberapa aspek yang mepengaruhi perkembangan musik di Sumatera Utara yang menggunakan bahasa
daerah. Awalnya, musik tradisi Batak hanya mengandalkan alat musik tradisional.
Salah satunya alat musik gondang.
Kemudian, dengan masuknya ajaran
Agama Kristen yang disebarkan oleh para misionaris, lagu-lagu Batak, terutama
Batak Toba, mengalami perkembangan dan perubahan gaya. Salah satunya yaitu
mengenal nada-nada harmonisasi Barat. Dengan banyaknya kebaktian di gereja,
penggunaan nada harmoni Barat dengan lirik lagu bahasa Batak pun semakin
berkembang.
Perkembangan musik di Sumatera
Utara juga semakin maju dengan berkembangnya teknologi. Kehadiran radio,
televisi, CD, dan internet, membuat musik berbahasa Toba menjadi semakin kaya.
Bahkan, alat musik tradisional kini dipadukan dengan alat musik modern dengan
komposisi lagu yang lebih beragam, bewarna, dan atraktif. Jika sudah begini,
siapa yang tidak mencintai musik dari tanah kelahiran sendiri?
Sumber: Kompas, 14 Desember 2011 (dengan perubahan seperlunya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar