11 April 2012

Menelusuri Tradisi Menyanyi Masyarakat Batak


Judika Sihotang "Mahadewa"

Orang Batak itu begitu lahir sudah bisa menyanyi”

Ungkapan itu sering terdengar. Ya, masyarakat Sumatera Utara yang terdiri dari Suku Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Mandailing, Batak Pak-Pak, dan lain-Lain seolah diidentikkan dengan kebiasaan dan kepiawan dalam tarik suara.

Lihat saja kontes menyanyi di Indonesia yang disiarkan melalui siaran televisi. biasanya ada perwakilan putra daerah Sumatera Utara yang masuk kedalam babak final. Bukti lainnya, tak terhitung musisi asal Sumatera Utara yang berkiprah dalam belantika musik Indonesia, baik sebagai penyanyi, penulis lagu, maupun pemain musik.

Untuk composer, nama-nama seperti Cornel Simanjuntak dan Nortir Simanungkalit adalah sejumlah tokoh besarnya. Dalam musik pop, Berlian Hutauruk, Pandjaitan Bersaudara (Panbers), Vicky Sianipar, Joy Tobing, Judika Sihotang “Mahadewa”, Sammy Simorangkir “ex-Kerispatih”, Firman Siagian (Gian) “The Fly”, Donny Sibarani “Ada Band”, Petra Sihombing, dan Bams “Samson” adalah beberapa nama yang cukup akrab di telinga masyarakat.

Menyanyi, inilah yang menjadi salah satu ciri masyarakat berbagai Suku Batak. Bahkan menyanyi dianggap menjadi salah satu budaya. Sebagai contoh, masyarakat Batak Toba. Bila bertandang dari Medan menuju Parapat atau Samosir, lagu-lagu dalam Bahasa Batak setempat akan menemani perjalanan. Entah itu di rumah makan, angkutan umum, ataupun tempat-tempat publik lannya.

Warna musiknya pun beragam. pop, jazz, atau dangdut, memperkaya lagu-lagu berbahasa batak. Konon, masyarakat Batak, terutama Batak Toba suka mendengarkan lagu karena dilatar belakangi oleh faktor geografis. Jarak antar desa dan antar rumah yang terbilang jauh terkadang membuat warganya merasa kesepian. Sebagai pelipur lara, dinyayikanlah lagu. Kebanyakan bertema keluarga, percintaan, lingkungan, atau ungkapan syukur kepada Yang Mahakuasa.

Namun, jika melirik faktor historis, ada beberapa aspek yang mepengaruhi perkembangan musik di  Sumatera Utara yang menggunakan bahasa daerah. Awalnya, musik tradisi Batak hanya mengandalkan alat musik tradisional. Salah satunya alat musik gondang.

Kemudian, dengan masuknya ajaran Agama Kristen yang disebarkan oleh para misionaris, lagu-lagu Batak, terutama Batak Toba, mengalami perkembangan dan perubahan gaya. Salah satunya yaitu mengenal nada-nada harmonisasi Barat. Dengan banyaknya kebaktian di gereja, penggunaan nada harmoni Barat dengan lirik lagu bahasa Batak pun semakin berkembang.

Perkembangan musik di Sumatera Utara juga semakin maju dengan berkembangnya teknologi. Kehadiran radio, televisi, CD, dan internet, membuat musik berbahasa Toba menjadi semakin kaya. Bahkan, alat musik tradisional kini dipadukan dengan alat musik modern dengan komposisi lagu yang lebih beragam, bewarna, dan atraktif. Jika sudah begini, siapa yang tidak mencintai musik dari tanah kelahiran sendiri?

Sumber: Kompas, 14 Desember 2011 (dengan perubahan seperlunya) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar