05 Juli 2012

Belajar dari Hewan






















Apa yang membedakan manusia dengan hewan? Tentu saja jawabannya manusia memiliki akal pikiran dan budi pekerti. Berbeda dengan hewan yang hanya bisa menuruti insting mereka yang sudah tertanam sejak lahir. Hewan juga tidak dapat merubah prilaku dan rantai makanan mereka. Seekor macan tidak akan mungkin memakan rumput walaupun pada saat itu ia sangat lapar karena tidak mendapatkan hewan buruan. Berbeda dengan manusia yang bisa mengolah alamnya walaupun mengalami perubahan setiap hari. 

Selain itu perbedaan yang sangat mencolok antara manusia dengan hewan adalah manusia memiliki bahasa, budaya dan norma yang dapat dimengerti oleh sesamanya yaitu manusia, serta bisa merasakan kedukaan ketika salah satu dari mereka mati atau meninggal. Namun ada beberapa prilaku hewan yang jika diamati memiliki kesamaan seperti prilaku manusia. Bahkan menurut Saya “lebih” baik dari ketika manusia melakukan hal tersebut. 

Apa sajakah itu?

1. Kesetiaan seperti anjing


Hewan yang suka menggonggong ini sering kali menjadi salah satu hewan favorit untuk menjadi hewan peliharaan. Salah satu alasannya karena hewan tersebut selain pintar juga memiliki kesetiaan terhadap majikannya. 

Anjing menganggap manusia sebagai sahabatnya, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu jarang seekor anjing meninggalkan orang yang selama ini memeliharanya, bahkan ketika orang itu mengusir atau memarahinya. 

Selain untuk diajak bermain, kesetiaan anjing sering digunakan untuk menjaga rumah, menjaga kebun, bahkan menjaga anak kecil ketika orangtua berpergian dan menjadi penuntun orang buta.

Dalam penanggalan pada masyarakat etnis Tionghoa, tahun anjing sering dikatakan sebagai tahun kesetiaan. Pada tahun tersebut diharapkan manusia semakin menjaga kesetiaannya terhadap keluarga, pasangan, pekerjaan, bahkan terhadap leluhur (roh nenek moyang) yang dituakan agar mendapat berkah di tahun tersebut. 

Oleh karena prilaku hewan tersebut, industri perfiliman Hollywood pernah mengangkat tema kesetiaan dengan tokoh seekor anjing. Salah satunya dalam film Hachi “A dog story”. Sebelumnya juga pernah difilmkan di Jepang dengan judul “Hachikō Monogatari” karya sutradara Seijirō Kōyama yang mulai diputar di Jepang, Oktober 1987. Sebuah drama spesial tentang Hachikō pun ditayangkan jaringan televisi Nippon Television pada tahun 2006. Drama sepanjang dua jam tersebut diberi judul Densetsu no Akitaken Hachi (Legenda Hachi si Anjing Akita).

Poster Film HACHI "A Dog Story"
Kesetiaan Hachikō diabadikan dalam sebuah patung perunggu yang berbentuk dirinya dan diletakkan di depan stasiun Shibuya.


2. Kerja keras seperti semut


Taukah Anda, semut merupakan hewan yang tidak pernah tidur, bahkan pada musim dingin. Sehingga kegiatan koloni semut tidak jauh dari kata bekerja…bekerja… dan… bekerja…

Itulah prilaku yang sangat mencolok pada hewan jenis serangga yang satu ini. Mengumpulkan makanan, membangun sarang dan merawat telur-telur merupakan hal yang menjadi rutnitas yang tak pernah absen.

Ngak ada cuti untuk liburan bro...

Apalagi buat pacaran…

Hahaha….

Maklum, namanya juga hewan…

Selain identik dengan hewan pekerja keras, semut juga dikenal dengan kerjasama dan ketertibannya. Apabila ada semut yang kesusahan mengangkat makanan yang lebih besar dari postur tubuhnya, maka semut lain akan datang membantu. Begitu juga pada saat berjalan dari tempat mengambil makanan menuju sarang. Semut yang satu tidak akan menyerobot semut lain dan tetap tersusun rapi pada barisan. Suatu hal yang patut di tiru oleh kaum manusia terutama pada masa dewasa ini. Manusia cenderung tidak sabar, sehingga melupakan kerja keras dan mengambil hak orang lain.

Kalau pada semut identik dengan bekerja…bekerja…dan bekerja…maka pada manusia identik dengan korupsi…korupsi…dan korupsi… (apalagi di Indonesia). 

Mungkin bagi “mereka” korupsi = bekerja.

Hmmm….ck..ck…ck..ck…

 
3. Tepat janji seperti merpati


Sebelum teknologi komunikasi dan informasi berkembang, bangsa Romawi mengirim pesan melalui berbagai cara. Salah satunya mengunakan tenaga hewan. Hal ini disebabkan kendala medan atau kondisi geografis seperti hutan, jurang, bahkan pulau yang sulit di tempuh oleh manusia untuk memperoleh informasi tersebut. Maka untuk memecahkan kendala tersebut digunakanlah tenaga hewan untuk mengirim informasi tersebut. Burung merpati merupakan hewan yang digunakan pada masa itu, atau yang sering kita kenal dengan “merpati pos”. Tidak hanya bangsa Romawi, bangsa Persia kuno, dan Yunani pernah menggunakan jasa hewan tersebut.

Merpati pos adalah burung merpati yang telah dilatih untuk mengantarkan surat atau pesan. Merpati merupakan salah satu jenis burung yang cukup pintar, memiliki daya ingat yang kuat, kemampuan navigasi, dan memiliki naluri alamiah yang dapat kembali ke sarang meskipun sudah pergi dengan jarak yang jauh dan waktu yang lama, sehingga surat yang disampaikan pasti sampai di tujuan atau sangat kecil kemungkinan surat tersebut nyasar.

Pada masa perang dunia, informasi yang akurat dan cepat akan keberadaan dan kekuatan pasukan musuh sangat diperlukan untuk memenangkan pertempuran. Negara-negara yang terlibat perang seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Belanda dan Prancis juga pernah menggunakan pengiriman pesan melalui merpati pos.


Bagaimana dengan kaum manusia sendiri? Terkadang banyak diantara kita dengan mudahnya memberikan janji-janji kepada sesama kita, apalagi kalau janji tersebut sudah dilatarbelakangi kepentingan sang penebar janji. Namun apa yang terjadi, tidak sedikit yang tak menepati apa yang telah dia janjikan. Sangat berbeda dengan seekor merpati yang telah dititipkan sebuah kepercayaan untuk mengantarkan pesan dan menepati kepercayaan yang diberikan. Sebagai makluk yang memiliki akal pikiran yang melebihi hewan. Sudah seharusnya manusia yang notabene makluk yang lebih sempurna itu lebih baik daripada hewan yang hanya mengikuti insting dalam menepati janji atau kepercayaan yang diberikan kepadanya.


4. Ramah seperti kucing


Saya rasa Anda juga setuju kalau kucing merupakan salah satu binatang peliharaan rumah yang paling popular di dunia. Ya, hewan yag satu ini amat dikenal dengan “keramahannya”. Kalau kita memanggil kucing yang sedang berjalan, kucing itu akan segera melihat kita dan berkata “meoong…”

Sering kali seekor kucing datang dan mengelus-elus kaki kita walaupun bukan tuannya. Berbeda dengan hewan lain misalnya anjing yang lebih waspada bahkan mengonggong apabila bertemu dengan orang asing. Walaupun tergolong dalam hewan predator dan tergolong hewan yang tidak pernah mengkonsumsi tumbuhan (karnivora murni), kucing sangat jarang sekali menyerang manusia.

Saya juga sering melihat banyak kaum manula yang sudah hidup sendirian memelihara hewan ini untuk menemaninya.

Ya, begitulah kucing. Keramahan dan sifatnya yang lembut bisa menjadi hal yang bisa ditiru oleh manusia, terutama para kaum muda dalam berprilaku dengan orang yang lebih tua. 


5. Tangguh seperti elang


Elang adalah hewan berdarah panas, mempunyai sayap dan tubuh yang diselubungi bulu pelepah. Sebagai burung, elang berkembang biak dengan cara bertelur yang mempunyai cangkang keras di dalam sarang yang dibuatnya. Ia menjaga anaknya sampai mampu terbang. Elang juga merupakan jenis unggas yang mempunyai umur paling panjang di dunia. Umurnya bisa mencapai 70 tahun. 

Elang merupakan hewan pemangsa. Paruh elang tidak bergigi tetapi melengkung dan kuat untuk mengoyak daging mangsanya. Burung ini juga mempunyai sepasang kaki yang kuat dan kuku yang tajam dan melengkung untuk mencengkeram mangsa serta daya penglihatan yang tajam untuk memburu mangsa dari jarak jauh tak terkira.

Elang mempunyai sistem pernapasan yang baik dan mampu untuk membekali jumlah oksigen yang banyak yang diperlukan ketika terbang. Hal inilah yang menyebabkan elang merupakan burung yang mampu terbang paling tinggi diantara jenis burung. Walaupun ada angin yang sangat kencang, elang akan tetap terbang, stabil, bahkan lebih tinggi.

Atas dasar inilah banyak negara-negara di dunia yang menjadikan burung elang (rajawali atau garuda) menjadi lambang dari negara mereka. Diantaranya  Amerika Serikat, Mexico, Jerman, Mesir, Thailand, bahkan Indonesia tidak lain karena sosoknya yang “tangguh”.

Sebagai manusia, prilaku elang bisa menjadi panutan dalam menghadapi kerasnya kehidupan. Sehingga menimbulkan jiwa yang bersemangat, pantang menyerah, dan menjadi sosok yang tangguh.



“Hidup tidak selamanya cerah…terkadang mesti turun hujai bahkan badai. Kekecewaan dan keputusasaan sering melanda sehingga sering berbuat yang tak pantas terhadap sesama. Namun jangan sampai kita melupakan hakekat kita sebagai manusia yang paling sempurna dalam ciptaan-Nya”

Semoga bermanfaat



Tidak ada komentar:

Posting Komentar