Apa yang membedakan manusia dengan hewan? Tentu saja jawabannya manusia memiliki akal pikiran dan budi pekerti. Berbeda dengan hewan yang hanya bisa menuruti insting mereka yang sudah tertanam sejak lahir. Hewan juga tidak dapat merubah prilaku dan rantai makanan mereka. Seekor macan tidak akan mungkin memakan rumput walaupun pada saat itu ia sangat lapar karena tidak mendapatkan hewan buruan. Berbeda dengan manusia yang bisa mengolah alamnya walaupun mengalami perubahan setiap hari.
Selain itu perbedaan yang sangat
mencolok antara manusia dengan hewan adalah manusia memiliki bahasa, budaya dan
norma yang dapat dimengerti oleh sesamanya yaitu manusia, serta bisa merasakan
kedukaan ketika salah satu dari mereka mati atau meninggal. Namun ada beberapa
prilaku hewan yang jika diamati memiliki kesamaan seperti prilaku manusia. Bahkan
menurut Saya “lebih” baik dari ketika manusia melakukan hal tersebut.
Apa sajakah itu?
1. Kesetiaan seperti anjing
Hewan yang suka menggonggong ini sering kali menjadi salah satu hewan favorit untuk menjadi hewan peliharaan. Salah satu alasannya karena hewan tersebut selain pintar juga memiliki kesetiaan terhadap majikannya.
Anjing menganggap manusia sebagai
sahabatnya, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu jarang seekor anjing
meninggalkan orang yang selama ini memeliharanya, bahkan ketika orang itu
mengusir atau memarahinya.
Selain untuk diajak bermain,
kesetiaan anjing sering digunakan untuk menjaga rumah, menjaga kebun, bahkan
menjaga anak kecil ketika orangtua berpergian dan menjadi penuntun orang buta.
Dalam penanggalan pada masyarakat
etnis Tionghoa, tahun anjing sering
dikatakan sebagai tahun kesetiaan. Pada tahun tersebut diharapkan manusia semakin
menjaga kesetiaannya terhadap keluarga, pasangan, pekerjaan, bahkan terhadap leluhur
(roh nenek moyang) yang dituakan agar mendapat berkah di tahun tersebut.
Oleh karena prilaku hewan tersebut,
industri perfiliman Hollywood pernah mengangkat tema
kesetiaan dengan tokoh seekor anjing. Salah satunya dalam film Hachi
“A dog story”. Sebelumnya juga pernah difilmkan di
Jepang dengan judul “Hachikō Monogatari” karya sutradara Seijirō Kōyama yang
mulai diputar di Jepang, Oktober 1987. Sebuah drama spesial tentang Hachikō pun
ditayangkan jaringan televisi Nippon Television pada tahun 2006. Drama
sepanjang dua jam tersebut diberi judul Densetsu no Akitaken Hachi (Legenda
Hachi si Anjing Akita).
Poster Film HACHI "A Dog Story" |
Kesetiaan Hachikō diabadikan dalam
sebuah patung perunggu yang berbentuk dirinya dan diletakkan di depan stasiun
Shibuya.
|
2. Kerja keras seperti semut
Taukah Anda, semut merupakan
hewan yang tidak pernah tidur, bahkan pada musim dingin. Sehingga kegiatan
koloni semut tidak jauh dari kata bekerja…bekerja… dan… bekerja…
Itulah prilaku yang sangat
mencolok pada hewan jenis serangga yang satu ini. Mengumpulkan makanan,
membangun sarang dan merawat telur-telur merupakan hal yang menjadi rutnitas
yang tak pernah absen.
Ngak ada cuti untuk liburan
bro...
Apalagi buat pacaran…
Hahaha….
Maklum, namanya juga hewan…
Selain identik dengan hewan
pekerja keras, semut juga dikenal dengan kerjasama dan ketertibannya. Apabila
ada semut yang kesusahan mengangkat makanan yang lebih besar dari postur
tubuhnya, maka semut lain akan datang membantu. Begitu juga pada saat berjalan
dari tempat mengambil makanan menuju sarang. Semut yang satu tidak akan
menyerobot semut lain dan tetap tersusun rapi pada barisan. Suatu hal yang
patut di tiru oleh kaum manusia terutama pada masa dewasa ini. Manusia
cenderung tidak sabar, sehingga melupakan kerja keras dan mengambil hak orang
lain.
Kalau pada semut identik dengan bekerja…bekerja…dan
bekerja…maka pada manusia identik dengan korupsi…korupsi…dan korupsi… (apalagi
di Indonesia).
Mungkin bagi “mereka” korupsi =
bekerja.
Hmmm….ck..ck…ck..ck…
3. Tepat janji seperti merpati
Sebelum teknologi komunikasi dan
informasi berkembang, bangsa Romawi mengirim pesan melalui berbagai cara. Salah
satunya mengunakan tenaga hewan. Hal ini disebabkan kendala medan atau kondisi
geografis seperti hutan, jurang, bahkan pulau yang sulit di tempuh oleh manusia
untuk memperoleh informasi tersebut. Maka untuk memecahkan kendala tersebut digunakanlah
tenaga hewan untuk mengirim informasi tersebut. Burung merpati merupakan hewan
yang digunakan pada masa itu, atau yang sering kita kenal dengan “merpati pos”.
Tidak hanya bangsa Romawi, bangsa Persia kuno, dan Yunani pernah menggunakan
jasa hewan tersebut.
Merpati pos adalah burung merpati yang telah dilatih untuk mengantarkan surat atau
pesan. Merpati merupakan salah satu jenis burung yang cukup pintar, memiliki
daya ingat yang kuat, kemampuan navigasi, dan memiliki naluri alamiah yang
dapat kembali ke sarang meskipun sudah pergi dengan jarak yang jauh dan waktu
yang lama, sehingga surat yang disampaikan pasti sampai di tujuan atau sangat
kecil kemungkinan surat tersebut nyasar.
Pada masa perang dunia, informasi
yang akurat dan cepat akan keberadaan dan kekuatan pasukan musuh sangat
diperlukan untuk memenangkan pertempuran. Negara-negara yang terlibat perang
seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Belanda dan Prancis juga pernah
menggunakan pengiriman pesan melalui merpati pos.
Bagaimana dengan kaum manusia
sendiri? Terkadang banyak diantara kita dengan mudahnya memberikan janji-janji
kepada sesama kita, apalagi kalau janji tersebut sudah dilatarbelakangi
kepentingan sang penebar janji. Namun apa yang terjadi, tidak sedikit yang tak
menepati apa yang telah dia janjikan. Sangat berbeda dengan seekor merpati yang
telah dititipkan sebuah kepercayaan untuk mengantarkan pesan dan menepati
kepercayaan yang diberikan. Sebagai makluk yang memiliki akal pikiran yang
melebihi hewan. Sudah seharusnya manusia yang notabene makluk yang lebih
sempurna itu lebih baik daripada hewan yang hanya mengikuti insting dalam
menepati janji atau kepercayaan yang diberikan kepadanya.
4. Ramah seperti kucing
Saya rasa Anda juga setuju kalau
kucing merupakan salah satu binatang peliharaan rumah yang paling popular di
dunia. Ya, hewan yag satu ini amat dikenal dengan “keramahannya”. Kalau kita
memanggil kucing yang sedang berjalan, kucing itu akan segera melihat kita dan
berkata “meoong…”
Sering kali seekor kucing datang
dan mengelus-elus kaki kita walaupun bukan tuannya. Berbeda dengan hewan lain
misalnya anjing yang lebih waspada bahkan mengonggong apabila bertemu dengan
orang asing. Walaupun tergolong dalam hewan predator dan tergolong hewan yang
tidak pernah mengkonsumsi tumbuhan (karnivora murni), kucing sangat jarang
sekali menyerang manusia.
Saya juga sering melihat banyak
kaum manula yang sudah hidup sendirian memelihara hewan ini untuk menemaninya.
Ya, begitulah kucing. Keramahan
dan sifatnya yang lembut bisa menjadi hal yang bisa ditiru oleh manusia,
terutama para kaum muda dalam berprilaku dengan orang yang lebih tua.
5. Tangguh seperti elang
Elang adalah hewan berdarah panas, mempunyai sayap dan tubuh yang
diselubungi bulu pelepah. Sebagai burung, elang berkembang biak dengan cara
bertelur yang mempunyai cangkang keras di dalam sarang yang dibuatnya. Ia
menjaga anaknya sampai mampu terbang. Elang juga
merupakan jenis unggas yang mempunyai umur paling panjang di dunia. Umurnya
bisa mencapai 70 tahun.
Elang merupakan hewan pemangsa. Paruh elang tidak bergigi tetapi melengkung
dan kuat untuk mengoyak daging mangsanya. Burung ini juga mempunyai sepasang
kaki yang kuat dan kuku yang tajam dan melengkung untuk mencengkeram mangsa serta daya penglihatan
yang tajam untuk memburu mangsa dari jarak jauh tak terkira.
Elang mempunyai sistem
pernapasan yang baik dan
mampu untuk membekali jumlah oksigen yang banyak yang diperlukan ketika terbang. Hal inilah yang
menyebabkan elang merupakan burung yang mampu terbang paling tinggi diantara
jenis burung. Walaupun ada angin yang sangat kencang, elang akan tetap terbang,
stabil, bahkan lebih tinggi.
Atas dasar inilah banyak
negara-negara di dunia yang menjadikan burung elang (rajawali atau garuda)
menjadi lambang dari negara mereka. Diantaranya
Amerika Serikat, Mexico, Jerman, Mesir, Thailand, bahkan Indonesia tidak
lain karena sosoknya yang “tangguh”.
Sebagai manusia, prilaku elang
bisa menjadi panutan dalam menghadapi kerasnya kehidupan. Sehingga menimbulkan
jiwa yang bersemangat, pantang menyerah, dan menjadi sosok yang tangguh.
“Hidup tidak selamanya
cerah…terkadang mesti turun hujai bahkan badai. Kekecewaan dan keputusasaan
sering melanda sehingga sering berbuat yang tak pantas terhadap sesama. Namun
jangan sampai kita melupakan hakekat kita sebagai manusia yang paling sempurna
dalam ciptaan-Nya”
Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar