22 Januari 2012

GELEGAR IMLEK : Lampion, Simbol Kebahagiaan dan Pengharapan

Lampion Pada Perayaan Tahun Baru Imlek
Tahun Baru China yang jatuh pada 23 Januari 2012 telah membuat warga masyarakat yang merayaklannya sibuk dengan berbagai persiapan menyambut Tahun Naga Air ini. Tak terkecuali para pedagang yang menjual berbagai pernak-pernik untuk menyemarakkan hari besar yang juga dikenal sebagai Imlek.

Selain kartu ucapan Imlek, amplop angpau, dan Pohon Mei Hwa, Lampion dengan dengan beragam jenis  dan ukuran pun diburu masyarakat keturunan Tionghoa dalam menyemarakkan Imlek ini. Kendati lampion yang dimiliki masih bagus dan terawat, masyarakat keturunan Tionghoa biasanya selalu menganti lampionnya dengan yang baru setiap pergantian tahun. Hal ini diartikan dengan harapan akan rezeki yang baru.

Tidak diketahui pasti kapan dan bagaimana lampion mulai digunakan. Sebuah sumber menyebutkan, penggunaan lampion telah ada sejak sekitar tahun 250 sebelum masehi sebagai alternatif penerangan yang lebih baik. Sumber lain menyebutkan, lampion digunakan untuk keperluan spiritual dan militer. Palawan perang Zhu Geliang disebutkan menggunakan lampion terbang untuk memberitahu datangnya musuh. Yang jelas, pada periode Dinasti Tang (618-907 Masehi), lampion telah menjadi bagian dari budaya China dan digunakan pada berbagai kesempatan.

Dewasa ini festival lampion telah menjadi tradisi di sejumlah tempat, dikenal sebagai Festival Yuanxiao atau Shangyuan di China, Festival Cap Go Meh di Indonesia, Malaysia, dan Singapura, serta Festival Tet Nguyen Tieu di Vietnam. Festival ini dilangsungkan pada hari ke-15 bulan pertama kalender China, atau hari terakhir perayaan Tahun Baru Imlek.

Tradisi memajang lampion di setiap perayaan Imlek seperti dirumah-rumah, tempat umum, seperti jalan, lorong, atau taman, dan tempat lainnya dilakukan sebagai simbol kebahagiaan. Seiring perkembangannya, lampion digambari dan dihiasi berbagai macam ornament, serta huruf-huruf kaligrafi. Lampion ada yang terbuat dari kertas, kain, kulit binatang, bordiran-bordiran kain sutra, dan lain-lain. Lampion sangat erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat Tionghoa.

Simbol
Kehadiran lampion yang terbuat dari kertas dimulai sejak di China dengan ditemukannya teknik pembuatan kertas oleh Cailun pada zaman dinasti Han Timur. Bagi Masyarakat Tionghoa, lampion tidak hanya sebagai lampu penerangan atau lantera, tetapi juga sudah menjadi simbol.

Salah satunya adalah zaman Zhu Yuan Zhang. Kaisar pertama sekaligus pendiri Dinasti Ming, yang menaklukkan Nanjing pada 1356 dan menjadikannya sebagai ibu kota. Pada bulan pertama Tahun 1372, ia memerintahkan memasang lebih dari 10 ribu lampion diatas Sungai Qinghuai, sebagai penghormatan kepada prajurit dan warga yang tewas dalam perang. Hal tersebut menjadi awal mula tradisi pertunjukan lampion di sunngai buatan sepanjang 10 km tersebut.

Namun, sejak berdirinya Republik Tiongkok pesta ini memudar sehingga ahli-ahli pembuat lampion juga berkurang. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu, keberadaan lampion kembali dirasakan, terlebih pada saat-saat Imlek.

Disamping simbol kebahagiaan, ada juga masyarakat Tionghoa yang menggunakan momentum Imlek dengan membawa lampion sebagai simbol untuk mengharapkan kelahiran bayi laki-laki, karena lafal kata Mandarin yang berdekatan yang memiliki arti mendapat putra.

Selain itu, konon pada zaman kuno di Tiongkok, setiap tahun pada permulaan tahun ajaran pada bulan 1 Imlek, sekolah-sekolah biasanya digantungi lampion-lampion yang disumbang oleh orangtua murid, dan secara simbolik dinyalakan oleh kepala sekolah atau guru. Hal ini mempunyai simbol agar murid-murid memiliki masa depan yag cerah sepanjang hidupnya.

Sumber: Kompas, 21 Januari 2012

2 komentar:

  1. Terima kasih infonya, karna kita bisa tahu sejarah/asal mula lampion digunakan. Salam kenal n sukses Gan, kalau sempat kunjungi balik ke website-ku di: OBYEKTIF.COM saya tunggu ya....

    Salam kompak:
    Obyektif Cyber Magazine
    (obyektif.com)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama mas. Ntar kita main2 ke website nya juga...

      Hapus